SEJARAH
JURNALISTIK
Jurnalistik telah ada
sejak 3000 tahun silam. Pada saat itu di Mesir Firaun, Amenhotep III, mengirimkan ratusan
pesan kepada perwira-perwiranya di berbagai provinsi untuk mengabarkan apa yang
saat ini sedang terjadi di ibukota. Menyampaikan berbagai pesan, informasi atau
berita adalah menjadi konsep dasar jurnalistik.
Sekitar 2000 tahun yang
lalu, di Roma terbitlah Acta Diurna yang memiliki arti ‘tindakan-tindakan
harian’ yang memuat tindakan senat, peraturan pemerintah, berita kelahiran dan
kematian yang ditempel ditempat umum.
Setelah ditemukannya
mesin cetak oleh Gutenberg, perkembangan surat kabar semakin pesat. Surat kabar
pertama yang terbit di Eropa di mulai di Jerman bernama Aviso tahun 1609 di
Wolfenbuttel dan relation di Strasbourg. Pada tahun 1650 terbitlah surat kabar
harian pertama, Einkommende Zeitung di Leipzig Jerman.
Bila dibandingkan
dengan negara lain, media masa di Indonesia tumbuh dan berkembang secara unik,
terutama bila dibandingkan dengan lahir dan tumbuhnya media massa di
negara-negara barat dan AS. Media cetak di Indonesia lahir pada masa penjajahan
Belanda yaitu dengan terbitnya surat kabar Bataviase Nouvelles (1744). Koran
ini dijalankan oleh manajemen dan jurnalis Belanda. kemudian lahirlah pers
"pribumi", media cetak yang menggunakan bahasa melayu atau bahasa
daerah dan dipimpin oleh seorang pribumi. Warta berita (1901) yang masuk ke
dalam kategori ini, selain berbahasa melayu juga dicetak dalam bahasa latin.
surat kabar lain yang lahir pada abad ke-19 meskipun telah dicetak dengan huruf
latin dan berbahasa melayu tetapi umumnya masih di pimpim oleh orang-orang
Belanda.
Pers perjuangan yaitu
media cetak berbahasa Melayu yang menyiratkan cita-cita kemerdekaan dari
penjajahan asing dalam kebijakan redaksionalnya adalah Koran yang dipimpin oleh
kaum pribumi.
Istilah pers perjuangan
kembali populer setelah 17 Agustus 1945, yaitu Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia, tetapi kemudian pihak Belanda mencoba untuk menjajah kembali bangsa
Indonesia. Pada tahun 1945 sampai 1946, koran-koran yang membawakan suara
bangsa Indonesia masih dapat bertahan di
tengah tekanan pihak Belanda. Wartawan Indonesia H. Rosiwan Anwar adalah contoh
"sisa-sisa laskar panjang" yang mengalami masa-masa sulit itu.
Pujangga Baru, Suara
Umum, Pewarta Deli, Wasita, Mimbar Indonesia, Bintang Timur, Berita Indonesia,
Sinar Harapan, Warta Bakti, Harian Rakyat dan masih banyak lagi adalah terbitan
surat kabar dan majalah yang muncul sekitar tahun 1930-an sampai tahun 1960-an.